Keberanian Sukanto Tanoto Bersaing di Tingkat Global

Sukanto Tanoto memang berbeda dibanding pengusaha asal Indonesia yang lain. Ia tidak puas hanya menjadi raja di dalam negeri. Sebaliknya, pendiri grup Royal Golden Eagle (RGE) ini berani bersaing di tingkat global.
Saat ini Sukanto Tanoto masih memegang kendali di RGE sebagai chairman. Perusahaannya itu dikenal sebagai korporasi kelas internasional yang mampu memanfaatkan sumber daya alam menjadi produk-produk dengan manfaat bagi masyarakat yang besar.
Di bawah naungan RGE terdapat sejumlah anak perusahaan dengan beragam bidang usaha berbeda. Mereka memiliki Grup APRIL dan Asia Symbol yang bergerak dalam industri pulp dan kertas. Selain itu, ada Asian Agri dan Apical yang berkecimpung dalam industri kelapa sawit serta Bracell dan Sateri yang beroperasi dalam bisnis selulosa spesial dan serat viscose.
Belakangan Sukanto Tanoto kian memperluas bidang usaha RGE. Mereka menerjuni bisnis pengembangan energi dengan anak perusahaannya Pacific Oil & Gas.
Dengan anak perusahaan sebanyak itu, Sukanto Tanoto berhasil mengembangkan aset RGE dengan pesat. Sekarang perusahaannya itu ditaksir mempunyai aset sebesar 18 miliar dolar Amerika Serikat. Namun, lebih dari itu, mereka mampu membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang.
Melihat perkembangan RGE, kepiawaian Sukanto Tanoto sebagai pengusaha terlihat nyata. Awalnya RGE hanya perusahaan skala lokal. Namun, sekarang, berkat tangan dinginnya, RGE menjadi korporasi global dalam beragam industri.
Kesuksesan itu tidak terjadi begitu saja. Sukanto Tanoto mengaku ia memang ingin bersaing di tingkat global. Hal itu disebutnya sebagai bagian dari strategi bisnis.
“Strategi bisnis saya antara terfokus di salah satu wilayah dengan banyak bisnis atau bisa menjadi pemain global di bidang tertentu. Karena saya memutuskan untuk mengambil jalur global, maka di sinilah saya sekarang berada. Anda harus kompetitif. Itu hanya soal pilihan,” ujar Sukanto Tanoto kepada Globe Asia.
Langkah yang diambilnya terbilang janggal untuk pengusaha Indonesia. Selama ini, pebisnis asal negeri kita kerap disebut sebagai jago kandang belaka. Gara-garanya mereka sulit bersaing di tingkat global.
Padahal, agar bisa menjadi pengusaha yang solid, memiliki bisnis di tingkat global yang ditandai dengan keberadaan pelanggan internasional amat penting. Namun, pebisnis asal Indonesia banyak yang tidak memiliki jejaring yang baik sehingga sulit menembus pasar luar negeri.
Kondisi itu diakui oleh Country Managing Partner Ernst & Young Indonesia, Hari Purwantono. Namun, ia berharap situasi segera berubah. “Kriteria yang paling sulit memang adalah menjadi pengusaha yang punya implikasi global. Itu memang yang paling sulit. Tetapi memang kita seharusnya tidak hanya kuat di kandang sendiri, kata Hari kepada Bisnis.com.
Dalam era digital sekarang, kesempatan untuk membangun jaringan terbuka luas bagi para pengusaha lokal. Kondisi itu seharusnya dimanfaatkan dengan maksimal. Namun, mereka dapat pula belajar dari para pengusaha kawakan seperti Sukanto Tanoto yang mampu bersaing secara global.
Sama seperti pengusaha Indonesia lain, awalnya pria kelahiran Belawan itu tidak bermimpi hendak bersaing di level internasional. Namun, karena selalu ingin berkembang, seiring waktu ambisi tersebut tumbuh. Ketika hasrat itu hadir, Sukanto Tanoto tak takut untuk menjalaninya.
“Saya memulai semuanya dari nol, benar-benar dari dasar. Saya tidak pernah bermimpi akan memiliki bisnis dalam skala global. Namun, pada dasarnya saya memang selalu ingin meraih yang lebih baik dan lebih besar,” katanya kepada Globe Asia.
Keberanian bersaing dengan siapa pun itu yang akhirnya membawa Sukanto Tanoto seperti sekarang. Dengan bendera Royal Golden Eagle, ia berhasil membuktikan diri bahwa pengusaha Indonesia tidak hanya jago kandang. Mereka pun bisa berkompetisi di tingkat global asalkan mau melakoninya.

MANFAATKAN KEUNGGULAN INDONESIA


Bersaing di tingkat global merupakan keharusan bagi pengusaha saat ini jika ingin bisnisnya terus bertahan. Namun, untuk melakukannya, keberanian saja tidak cukup. Pebisnis Indonesia harus pintar mengatur siasat berkompetisi.  Ada sebuah langkah cerdas yang diambil oleh Sukanto Tanoto dalam menatap persaingan global. Ia mampu menggunakan beragam kelebihan Indonesia sebagai senjata untuk bersaing.
Salah satu contoh adalah keputusannya dalam menerjuni industri pulp dan kertas. Sebelumnya Sukanto Tanoto sempat berpergian ke Finlandia. Ia menyaksikan sendiri bagaimana negara tersebut mampu menjadi pemain besar dalam industri pulp dan kertas.
Namun, Sukanto Tanoto segera sadar bahwa Finlandia butuh waktu puluhan tahun untuk menanam pohon sebagai bahan baku. Aspek ini dilihat sebagai keunggulan tersendiri yang dimiliki oleh Indonesia. Pasalnya, dengan iklim tropis yang hangat dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, lebih mudah untuk menanam pohon agar tumbuh besar.
Sukanto Tanoto pun segera mengambil langkah. Ia pergi ke Brasil untuk belajar seluk-beluk industri pulp dan kertas di sana. Kebetulan, selain sama-sama beriklim tropis, Negeri Samba juga dikenal memiliki kemampuan mengelola perkebunan dengan baik serta punya keandalan memanfaatkan selulosa spesial.
Sesudah mendapat ilmu, Sukanto Tanoto segera mempraktikkannya di Indonesia. Hasilnya terbukti bagus. Sebagai bahan baku pulp dan kertas, APRIL menanam pohon akasia. Mereka hanya perlu waktu lima hingga enam tahun untuk melakukan panen. Kurun waktu ini jauh lebih singkat dibanding Finlandia yang membutuhkan 60 tahun untuk memanen pohon-pohon di perkebunannya.
Tak mengherankan, berkat keunggulan yang dimiliki Indonesia, perusahaan Sukanto Tanoto itu segera mampu menjadi pemain global dalam industri pulp dan kertas. Salah satu buktinya merek kertas premium buatan APRIL, PaperOne, sudah dipakai di lebih dari 70 negara di dunia.
“Jadi, saya berpikir mampu melakukannya. Butuh waktu enam tahun sebelum saya menjadi kompetitif secara global,” ujarnya.
Strategi serupa juga dimanfaatkan oleh Sukanto Tanoto dalam mengembangkan bidang bisnis yang lain. Ia berharap hal tersebut mampu menginspirasi pengusaha Indonesia lain agar mengikuti jejaknya.
Sukanto Tanoto mengakui memang memiliki misi khusus terkait pengusaha lokal. Ia sangat berharap melihat pengusaha lokal tidak hanya bersaing di dalam negeri. Mereka juga harus bisa berkompetisi di tingkat global seperti dirinya.
Menurutnya hal tersebut bukan mustahil. Kuncinya, seperti yang sudah dibuktikannya adalah memanfaatkan kelebihan Indonesia untuk bersaing. “Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia,” ujarnya di Inspirasi Daily.
Selain memberi contoh, Sukanto Tanoto melakukan langkah nyata. Bersama perusahaannya, ia kerap mengambil sejumlah kegiatan untuk melahirkan para pengusaha baru. Misalnya dengan menjadikan masyarakat sebagai mitra perusahaannya.
Salah satunya dilakukan secara konsisten di Riau yang menjadi basis salah satu perusahaannya. Ia menggalakkan program Community Development di sana.
“Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari memancing. Itu yang kita kerjakan,” tuturnya. “Mimpi saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang.”
Harapan Sukanto Tanoto akan banyak pengusaha baru yang lahir. Kalau itu terjadi, bisa jadi ada banyak di antaranya yang berani bersaing di tingkat global seperti yang diimpikannya.

0 komentar